Maret 20, 2009

6 PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

Behavioral Approaches


1. Pendekatan Perilaku


Behavioral approaches merupakan pendekatan tingkah laku yang subjek masalahnya berfokus pada segala sesuatu yang dapat diamati secara langsung bukan pada proses mental seperti penalaran, perasaan dan motif-motif yang tidak dapat diamati secara langsung. Pendekatan perilaku ini lebih menekankan pada assosiative learning yaitu pembelajaran dalam membuat suatu asosiasi atau hubungan baru dari dua peristiwa yang berbeda.

Para ahli psikologi membedakan dua bentuk belajar asosiatif, yaitu :
a. Classical Conditioning
Classical conditioning pertama kali diperkenalkan oleh Ivan P. Pavlov (1849 – 1936). Classical conditioning merupakan sebentuk pembelajaran asosiatif dimana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respon yang serupa.
4 kunci penting dalam memahami teori classical conditioning, yaitu :
1. Unconditioned Stimulus (US), stimulus yang secara alami dapat menimbulkan respon tertentu tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu
2. Unconditioned Response (UR), sebuah respon yang tidak dipelajari dan secara otomatis dihasilkan oleh unconditioned stimulus (US)
3. Conditioned Stimulus (CS), stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan unconditioned stimulus (US)
4. Conditioned Respon (CR), respon yang dipelajari, yakni respon terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi unconditioned stimulus – conditioned stimulus (US – CS)

Pengkondisian klasik juga melibatkan generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan. Generalisasi adalah kecenderungan dari suatu stimulus yang baru yang sama dengan stimulus yang terkondisikan orisinal untuk menghasilkan respon yang serupa. Diskriminasi terjadi ketika organisme merespon pada stimuli tertentu, tetapi tidak pada stimuli lainnya. Pelenyapan adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak ada unconditioned stimulus (US).

Contoh kasus :
Saya pernah mendaftarkan diri untuk menyanyi solo di acara natal yang akan diadakan di sekolah saya. Tetapi saya gagal dan dikritik. Hal itu membuat saya malu dan rendah diri pada suara saya sehingga akhirnya saya menghubungkan kegiatan menyanyi dengan rasa malu dan rendah diri.
Dari kasus diatas maka dapat diuraikan bahwa kesempatan menyanyi merupakan condiotioned stimulus (CS) karena kesempatan menyanyi menghasilkan conditioned response (CR) yaitu rasa malu dan rendah diri setelah diasosiasikan dengan kritikan (unconditioned stimulus). Sedangkan kegagalan disebut sebagai unconditioned response (UR) hasil dari unconditioned stimulus (US).


b. Operant Conditioning
Operant conditioning adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam kemungkinan perilaku itu akan diulangi lagi. Operant conditioning diperkenalkan oleh B. F. Skinner yang pandangannya didasarkan pada pandangan E. L. Thorndike.

Dalam kondisi operan terdapat 3 cara mengubah perilaku seseorang dimasa depan untuk menghasilkan konsekuensi yang diinginkan dan tak diinginkan, yaitu :
1. Positive reinforcement (penguat positif), penguat yang bersifat menyenangkan dan dapat berguna untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan oleh si penguat (reinforcer)
2. Negative reinforcement (penguat negatif), suatu bentuk penguat untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dengan menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan dan yang melakukan penghilangan adalah individu itu sendiri
3. Punishment (hukuman), sebuah konsekuensi negatif yang diberikan dengan tujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan

Dalam pengkondisian operan juga terdapat generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan. Generalisasi berarti memberi respon yang sama untuk stimuli yang sama. Diskriminasi adalah membedakan diantara stimuli atau kejadian lingkungan. Pelenyapan terjadi saat respon penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun.

Contoh kasus :
Ketika saya duduk di kelas 1 SMP, saya memiliki teman laki-laki yang sangat nakal dan suka mengganggu anak-anak lain saat sedang belajar. Hal tersebut sangat mengganggu konsentrasi guru saya ketika sedang menerangkan pelajaran sehingga ia memberikan punishment (hukuman) pada teman laki-laki saya tersebut bila dia ketahuan sedang mengusili anak-anak lain yang sedang memperhatikan pelajaran dengan berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai. Hukuman itu sangat membuatnya malu dan ini berlangsung hampir seminggu. Tetapi hasilnya sangat efektif karena keusilan teman saya tersebut lambat laun telah berkurang, yang semula mengganggu semua teman yang disekitarnya, minggu berikutnya dia hanya mengobrol sebatas dengan teman sebangkunya.

Cognitive Approaches


2. Pendekatan Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura adalah salah satu perancang utama teori kognitif sosial. Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat mempresentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif.

Pembelajaran Observasional



Pembelajaran ini juga dinamakan imitasi atau modelling yaitu pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Pembelajaran ini dapat terlihat dalam studi boneka Bobo klasik yang dilakukan oleh Bandura. Dalam eksperimennya Bandura mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum.
Sejumlah anak taman kanak-kanak secara acak ditugaskan untuk melihat tiga film dimana ada seorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo. Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan dan dipuji karena melakukan tindakan agresif. Dalam film kedua, si penyerang ditegur dan ditampar karena bertindak agresif. Dalam di film ketiga, tidak ada konsekuensi atas tindakan si penyerang boneka. Kemudian masing-masing anak dibiarkan sendiri di dalam sebuah ruangan penuh mainan, termasuk boneka Bobo. Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah. Anak yang menonton film pertama dan ketiga dimana penyerang diperkuat atau tidak dihukum apa pun lebih sering meniru tindakan model ketimbang anak yang menyaksikan film kedua yaitu menyaksikan si penyerang dihukum. Poin penting yang pertama dalam studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional (modelling) terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Sedangkan poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran dan kinerja. Karena murid tidak melakukan respon bukan berarti mereka tidak mempelajarinya. Sebab ketika anak yang menonton film pertama, kedua dan ketiga diberi insentif (penguat) berupa stiker dan jus buah agar mereka meniru model, ternyata perbedaan perilaku anak dalam tiga kondisi itu hilang.

Model pembelajaran observasional kontemporer Bandura, memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional, yaitu :
a. Atensi (perhatian), sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model sehingga model harus memiliki sejumlah karakteristik agar dapat diperhatikan oleh murid seperti orang yang hangat, kuat dan ramah. Murid juga lebih mungkin memperhatikan model berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Contohnya guru, guru merupakan model berstatus tinggi dimata murid.
b. Retensi, untuk meniru tindakan dari model maka murid harus dapat menyimpannya di dalam ingatan (memori). Retensi murid akan meningkat jika model atau guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas.
c. Produksi, anak mungkin memperhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dan kemampuan geraknya, mereka tidak bisa meniru perilaku model. Misalnya seorang anak 13 tahun yang menyaksikan pemain basket Michael Jordan yang melakukan shoot dengan sempurna. Tetapi anak itu tidak mampu meniru apa yang dilakukan model tersebut sehingga diperlukan belajar, berlatih dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka.
d. Motivasi, meski anak memperhatikan, mengingat dan memiliki kemampuan untuk dapat meniru tindakan model, tetapi sering kali tidak termotivasi untuk melakukannya. Ini terlihat dalam studi boneka Bobo, anak yang menonton film kedua yaitu melihat model yang dihukum akhirnya tidak meniru tindakan agresif si model. Tetapi setelah mereka diberi insentif (stiker dan jus buah), mereka melakukan apa yang dilakukan model.

Contoh kasus :
Seorang guru menggunakan model untuk mengembangkan minat siswa pada buku-buku sastra dalam bahasa inggris. Dia duduk di kelas membaca sebuah buku yang menarik ketika siswa masuk kelas. Kadang-kadang dia tertawa, tersenyum, tertawa terbahak-bahak, cemberut, atau menunjukkan tingkah laku yang membuat orang tertarik untuk membaca. Guru memperkuat minat siswa dengan mengatakan kepada siswa tentang buku yang sedang dibacanya dan sedikit membacakan beberapa kalimat yang menarik dan lucu. Dia juga menyuruh siswa untuk menceritakan tentang buku yang pernah dibaca baru-baru ini. Guru bahasa inggris ini tidak hanya berbicara tentang senangnya membaca buku, tetapi mendemonstrasikan kesenangannya itu di muka kelas.

3. Pendekatan Pemrosesan Informasi

Pendekatan pemrosesan informasi merupakan pendekatan kognitif dimana anak mengolah informasi , memonitornya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir (thinking). Menurut pendekatan pemrosesan informasi, anak-anak berkembang secara berangsur-angsur menambah kemampuan memproses informasi yang mana memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang kompleks.

Robert Siegler (1998) menggambarkan 3 pokok karakteristik pada pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
a. Thinking (berpikir), adalah pemrosesan informasi. Sebab ketika anak merasa, menyandikan, melambangkan dan menyimpan informasi dari dunia di sekelilingnya mereka sedang melakukan proses berpikir.
b. Change Mechanism (mekanisme pengubah), ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu :
1. Enconding, proses memasukkan informasi kedalam memori.
2. Automaticity, kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha.
3. Strategy contruction, penemuan prosedur baru untuk memproses informasi.
4. Generalization , pengaplikasian strategi pada problem lain. ini dilakukan untuk mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu.
c. Self-modification (modifikasi diri), pendekatan pemprosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang baru. Ini dapat dicontohkan dalam metacognition (knowing about knowing) yaitu membantu murid belajar tentang apa itu mengetahui (knowing).

Contoh kasus :
Masih ingat Car-cep menghapal stuktur akar dan batang di topik Khormophyta di bimbingan dulu menjelang SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)?
EKor Endo Persis Paha Cambing XyEm, bila diuraikan akan menjadi stuktur akar dan batang dari bagian luar ke bagian dalam yaitu Epidermis, Korteks, Endodermis, Perisikel, Phloem, Cambium, Xylem dan Empelur.
Kita mungkin sampai saat ini masih mengingatnya bagaimana para tentor di bimbingan mengajari kita menghapal stuktur akar dan batang dari bagian terluar ke bagian dalam secara sistematis. Inilah salah satu strategi pendekatan pemprosesan informasi untuk membantu siswa mengingat yaitu dengan menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat.


4. Pendekatan Konstruktivis Kognitif

Pendekatan konstruktivis kognitif merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan konsep dalam belajar yaitu berupa kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan properti umum. Konsep merupakan elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi.
Konsep dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Konsep konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili golongan benda tertentu, meja, kursi, lemari, dan sebagainya ; golongan sifat tertentu, warna, sifat, bentuk, dan sebagainya ; golongan perbuatan tertentu, duduk, lari, meloncat, dan sebagainya.
b. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi bukan lingkungan hidup fisik. Misalnya lingkaran adalah garis yang berbentuk bundar yang mempunyai jari-jari yang sama panjang.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu murid mengenali dan membentuk konsep yang efektif, yaitu :
1. Mempelajari ciri-ciri konsep, ini merupakan aspek penting dari pembentukan konsep adalah dengan mempelajari ciri utamanya, atributnya atau karakteristiknya. Ini merupakan elemen pendefinisi suatu konsep yaitu dimensi yang membuatnya berbeda dari konsep lain.
2. Mendefinisikan konsep dan memberi contoh, ini merupakan aspek penting kedua dari pengajaran konsep yaitu mendefinisikan secara jelas dan memberi contoh yang cermat. The rule–example strategy adalah cara yang efektif untuk menerangkannya, yaitu :
a. Mendefinisikan konsep, yaitu menghubungkan konsep dengan konsep yang cakupannya lebih luas dimana konsep tersebut bisa masuk ke dalamnya.
b. Jelaskan istilah-istilah dalam definisi konsep, kita harus memastikan bahwa ciri atau karakteristik utamanya bisa dipahami dengan baik.
c. Beri contoh untuk mengilustrasikan ciri utamanya, memberi penjelasan dan contoh dari suatu konsep adalah strategi yang baik untuk mengajarkan pembentukan konsep.
d. Memberi contoh tambahan, yaitu dengan menyuruh murid untuk membuat contoh konsep sendiri agar murid melakukan kategorisasi dan menjelaskan kategorinya.

3. Peta konsep, ini merupakan presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hirearkis konsep. Salah satu contoh peta konsep adalah bagan keorganisasian yaitu ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan lainnya.
4. Menguji hipotesis, ini dilakukan agar murid mengerti dalam menyusun aturan tentang mengapa beberapa objek masuk ke dalam suatu konsep, sedang objek lainnya tidak.
5. Penyesuaian prototipe, adalah proses dimana individu memutuskan apakah suatu item termasuk anggota dari suatu kategori dengan membandingkannya dengan item yang paling khas dari kategori itu.

Contoh kasus :
Saat di sekolah dasar, guru geografi saya meminta agar seluruh siswa menggambarkan peta Indonesia beserta simbol-simbolnya berdasarkan apa yang telah diajarkan. Saya kemudian menggambarkan peta Indonesia dengan 5 pulau besar yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Kemudian saya mewarnai daerah di luar pulau dengan warna biru dan bagian dalam pulau dengan warna hijau dan coklat. Saya mewarnai daerah di luar pulau dengan warna biru karena warna biru merupakan simbol warna air yang berarti saya telah mengerti bahwa daerah di luar pulau adalah kawasan berair yaitu samudera. Sedangkan warna hijau dan coklat merupakan indikator dari warna hutan dan daratan. Ini dapat saya lakukan karena adanya pembelajaran konsep dari apa yang telah saya terima dari guru ataupun buku yaitu mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.


5. Pendekatan Konstruktivis Sosial

Pendekatan konstruktivis sosial adalah pendekatan yang menekankan konteks sosial pada pembelajaran dan pengetahuan untuk saling membangun dan menyusun. Keterlibatan dengan orang lain dalam konteks sosial memberikan kesempatan pada murid dalam mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpatisipasi dalam pencarian pemahaman bersama. Pendekatan ini memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran murid.

Dalam pendekatan konstruktivis kognitif Piaget ditekankan bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan dan guru diharuskan memberi dukungan bagi murid untuk mengekplorasi dan mengembangkan pemahaman. Sedangkan dalam pendekatan konstruktivis sosial menekankan bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain dan guru diharuskan menciptakan banyak kesempatan pada murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama.

Asumsi penting dari pendekatan konstruktivis sosial adalah situated cognition yang menyatakan bahwa pengetahuan dilekatkan dan dihubungkan pada konteks dimana pengetahuan tersebut dikembangkan.

Berikut 3 program konstruktivis sosial dalam upaya menantang murid memecahkan problem dunia nyata dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep, yaitu :
a. Fostering a community of learners, program yang mendorong anak melakukan refleksi dan diskusi dengan menggunakan orang dewasa sebagai model peran, anak mengajar anak dan konsultasi komputer online.
b. Schools for thought, program yang mengkombinasikan aspek The Jasper project, Fostering a Community of Learners (FCL) dan Computer Supported Intentional Learning Enviroment (CSILE) yaitu penggunaan teknologi untuk mendobrak isolasi kelas tradisional dengan mendorong murid untuk berkomunikasi secara elektronik dengan komunitas pembelajar di luar dinding kelas.
c. Sekolah kolaboratif orang tua-guru dimana anak biasanya belajar dalam kelompok kecil selama jam sekolah, bersama-sama membuat keputusan dengan teman, memberi kontribusi pada bimbingan orang tua dan memperlakukan orang lain sebagai sumber bantuan.

Contoh kasus :
Saat di perkuliahan mata kuliah Kepribadian I Fakulatas Psikologi Univ. Sumatera Utara dilakukan presentasi untuk setiap topik yang akan dibahas. Presentasi tersebut dibawa oleh mahasiswa dari awal hingga akhir sedangkan dosen duduk dibarisan belakang mengamati forum. Namun ketika sesi pertanyaan dibuka, banyak mahasiswa yang bertanya hingga terkadang terjadi debat panas yang melenceng. Kemudian disinilah dosen berperan dan memberikan kami kelurusan pemahaman. Hal ini terus berulang bila dalam sesi tanya jawab terjadi perdebatan. Dari situasi ini dapat dilihat bahwa terjadi interaksi sosial dan pengkonstruksian pengetahuan bersama antar mahaasiswa karena mahasiswa saling mentransfer pengetahuan dan pengkonstruksian pemahaman bersama dosen.


6. Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik adalah pendekatan pembelajaran yang menunjukkan bahwa belajar dipengaruhi oleh bagaimana siswa-siswa berpikir dan bertindak. Ahli-ahli teori humanistik menemukan bahwa tingkah laku individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.

Dalam perspektif humanistik, pendidik diharapkan memperhatikan pendidikan agar lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective) siswa yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap dan moral.

Berikut prinsip-prinsip belajar humanistik dari sudut pandang Rogers (ahli psikologi yang mencetuskan teori humanistik; 1969, 1983), yaitu :
1. Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn)
Keinginan untuk belajar ini dapat kita lihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dari seorang anak ketika dia menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. Dalam humanistik, anak diberi kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka, untuk mengikuti minat mereka yang tak bisa dihalangi, untuk menemukan diri mereka sendiri, serta apa yang penting dan berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka.
2. Belajar secara signifikan (Significant Learning)
Jika siswa belajar dengan baik dan paling cepat, humanis menganggap ini adalah belajar secara signifikan, yang terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa.
3. Belajar tanpa ancaman (Learning without Threat)
Proses belajar dipertinggi ketika siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4. Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning)
Belajar atas inisiatif sendiri dapat mengajar siswa untuk mandiri dan percaya diri. Siswa mempunyai kesempatan untuk membuat pertimbangan, pemilihan dan penilaian ketika mereka belajar atas inisiatif sendiri. Dan mereka menjadi lebih tergantung pada diri mereka sendiri dan kurang tergantung pada penilaian orang lain.
5. Belajar dan berubah (Learning and Change)
Rogers mengindentifikasi bahwa belajar yang paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Karena sekarang perubahan telah menjadi fakta hidup. Belajar seperti waktu yang lalu tidak cukup lama untuk memungkinkan seseorang akan sukses dalam dunia modern. Sehingga yang dibutuhkan sekarang menurut Rogers adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang berubah.

Maret 19, 2009

ABNORMAL BEHAVIOR

1. Anxiety Disorder

Merupakan bentuk kegelisahan yang tidak beraturan, yaitu :
a. Phobia adalah ketakutan yang kuat dan tidak realistik. Phobia dibagi menjadi 3, yaitu :
- Phobia spesifik
- Phobia social
- Agoraphobia

b. Generalized and Panic Anxiety Disorder
- Generalized anxiety disorder, oleh saraf otonom
Berupa gangguan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang tidak jelas (free float anxiety)
- Panic anxiety disorder
Merupakan serangan cemas yang tidak nyaman seperti meningkatnya detak jantung

c. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Kecemasan yang menimbulkan kenangan dan mimpi-mimpi sedih dan klien berusaha untuk menghindari hal-hal yang mengingatkannya pada pengalaman trauma tersebut
d. Obssesive and Complusive Disorder
- Obssesive yaitu pikiran-pikiran yang mengandung kecemasan yang tidak mau hilang
- Complusive yaitu desakan-desakan pikiran yang tidak dapat ditahan untuk segera bertindak

2. Somatoform Disorder

Merupakan gangguan yang berupa keluhan-keluhan masalah kesehatan fisik yang disebabkan oleh masalah psikis. Gangguan tersebut berupa :
a. Somatization : kondisi psikologis yang tidak nyaman sehingga menyebabkan sakit fisik
b. Hypocondriasis : perhatian terhdap kesehatan yang berlebihan. Misalnya, terlalu sering mencuci tangan secara berlebihan dengan antiseptik karena takut kuman
c. Konversi : gangguan gejala-gejala pada tubuh yang serius seperti kelumpuhan, bisu, buta, dll.
d. Somatoform pain : rasa sakit yang disebabkan bukankarena fisik dan terjadi pada keadaan stress yang tinggi, biasanya menguntungkan sipenderita. Contohnya, seorang manajer yang harus menyelesaikan 10 proposal dalam waktu 3 jam. Ini menyebabkan stress yang tinggi membuat klien mendadak menderita sakit punggung yang membuatnya tidak dapat bekerja. Sehingga tugas tersebut diahlikan pada manajer lain. Tanpa ada unsur kepura-puraan.

3. Dissosiative Disorder

Gangguan yang disebabkan karena perubahan kognitif secara tiba-tiba. Bentuk-bentuk gangguan tersebut, yaitu :
a. Depersonalization : individu merasa bahwa dirinya tidak nyata seperti kaki yang terasa memanjang tidak terkontrol (terdistorsi)
b. Dissosiative amnesia : kehilangan memori dalam kondisi stress berat
c. Dissosiative fugue : kehilangan seluruh memori dan membuat identitas baru
d. Multiple personality : mengganti kepribadian, biasanya disebabkan oleh kekerasan fisik/seksual dimasa kecil.

4. Gangguan Mood

Merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan ketidakberfungsian seseorang. Gangguan ini terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Depresi mayor : mengalami kesedihan yang mendalam dan sering melihat tidak ada alasannya untuk hidup
b. Gangguan bipolar : mood yang intens berubah-ubah sehingga membentuk episode mania. Seperti kegembiraan yang berlebihan, menangis tiba-tiba, hiperaktif, dll.

5. Gangguan Kepribadian

a. Schizoid : tidak mempunyai hasrat untuk memiliki teman dan melakukan kontak sosial
b. Antisosial : kemampuan sosial yang halus dan susah menjalin hubungan dekat/persahabatan. Penderita gangguan ini memiliki sikap dalam berhubungan yaitu cepat memulai dan cepat mengakhirinya.
c. Gangguan kepribadian lainnya
- Skizopital : mengganggap bahwa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain
- Paranoid : ketidakpercayaan pada orang lain
- Histrionic : selalu mencari perhatian orang lain, memanupulasi orang lain dan hanya fokus pada dirinya sendiri
- Narsistic : perasaan yang tidak realistik akan kebutuhan diri sendiri

PSIKOTERAPI

1. Terapi Psikoanalisa
Dengan tokohnya Sigmund Freud. Terapis bertindak sebagai intepreter. Bentuk terapi yang dilakukan, yaitu :
a. Asosiasi bebas
Klien dibiarkan berbicara sebebas-bebasnya untuk melemahkan egonya dan memunculkan ketidaksadarannya.
b. Intepretasi mimpi
Setelah sesi asosiasi bebas, maka klien berkemungkinanmengalami mimpi yang berhubungan dengan inti masalah klien karena efek dari ingatan klien yang telah diaduk-aduk.
c. Intepretasi resistensi
Dalam sesi ini klien mulai memunculkan bentuk perlawanannya terhadap terapis, yaitu :
- Kabur (vague), klien tidak menghadiri sesi terapi yang telah dijadwalkan
- Resistensi spesifik, klien berusaha menghindari/mengalihkan pembicaraan
d. Intepretasi transferensi
Dimana klien mengganggap terapis sebagai “seseorang” yang dihindarinya. (di sesi ini berkemungkinan klien dapat jatuh cinta pada terapis)
Ket :
Katarsis adalah pelepasan emosional dari konflik-konflik ketidaksadaran. Contohnya, klien pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju boneka.
2. Terapi Humanistik (full consentration)
Teknik terapi, yaitu :
a. Client Centered by Carl Rogers
Disini terapis hanya bertindak sebagai fasilitator yaitu penekanan terhadap kemampuan klien dalam menolong dirinya sendiri). Sikap terapis yaitu hangat dan tulus terhadap klien.
b. Gestalt by Frederick (Fitz) Pearls
Terapis bertindak sebagai konfrotator yaitu safe emergency artinya mengocok-ngocok perasaan klien. Terapi ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman teapiutik yang akan membantu klien mencapai kesadaran penuh.
3. Terapi Perilaku
Terapi ini dilakukan pada perilaku abnormal yang muncul karena pengalaman belajar yang tidak sesuai.
Teknik terapinya, yaitu :
a. Metode pengurangan ketakutan
- Desentasi
- Pemaparan bertingkat
Contoh kasus yaitu klien mempunyai trauma terhadap tikus sehingga ia sangat takut kepada tikus. Disini terapis berusaha menyembuhkan masalah klien dengan menghadapkan klien pada sampel dari hal yang ditakuti oleh klien. Pertama terapis memberikan klien gambar tikus yang kecil, gambar tikus yang besar, gantungan kkunci tikus, boneka tikus hingga pada tikus sungguhan. Klien harus dapat melewati pemaparan untuk menunjukkan bahwa klien telah siap melanjutkan pemaparan berikutnya tanpa memberikan reaksi ketakutan.

- Pembanjiran (flooding)
Berkebalikan dari Pemaparan Bertingkat.
b. Pelatihan keterampilan sosial
4. Terapi Kognitif
Terapi ini dilakukan pada kasus akibat dari pola berpikir yang salah sehingga menimbulkan perilakuyang maladaptif. Terapi ini menggunakan dasar teori belajar sosial (Bandura & Ellis) dan psikoanalisa kontemporer (Kelly) yang efektif untuk kasus kecemasan dan depresi.
Menurut Aaron Beck, pola berpikir yang salah, yaitu :
a. Selective abstraction : persepsi yang salah
b. Overgeneralization : terlalu cepat mengambil kesimpulan
c. Arbitary inference : kesimpulan salah karena berpikir tidak logis
d. Magnification : menghemat informasi sebisa-bisanya
e. Personalization
f. Absolutistic : berpikir absolute
Teknik yang digunakan adalah persuasif yaitu untuk membantu klien mengubah pola berpikir yang salah.

KEPRIBADIAN

Sumber : Koenjaraningrat (Pengantar Antropologi)

1. Definisi Kepribadian

Pada dasarnya pola kelakuan tiap manusia sebenarnya unik dan berbeda dengan manusia-manusia lainnnya karena suatu kelakuan manusia tidak hanya timbul dan ditentukan oleh sistem organik biologinya saja, melainkan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya.
Pola kelakuan berbeda dengan tingkah laku karena ahli antropologi, sosiologi atau psikologi menyatakan bahwa pola kelakuan mempunyai arti suatu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks atau kelakuan manusia yang tidak lagi dipengaruhi atau ditentukan oleh akal dan jiwanya yaitu kelakuan manusia yang membabi buta. Sedangkan pola tingkah laku adalah unsur-unsur dan akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu, yang dapat kita sebut sebagai kepribadian (personality).
Dalam bahasa populer kepribadian juga memiliki arti sebagai suatu ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.

2. Unsur-unsur Kepribadian

a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah unsur dalam kepribadian manusia yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung didalam otaknya. Pengetahuan tersebut diterima oleh manusia melalui pengalaman pancaindera seperti cahaya dan warna, suara, berat-ringan, panas-dingin, dsb. Pengalaman yang didapat kemudian dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungannya. Seluruh proses akal manusia yang sadar itu dalam psikologi dinamakan persepsi.
Persepsi merupakan salah satu unsur yang membentuk pengetahuan selain dari apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi. Apersepsi adalah suatu penggambaran baru dengan lebih banyak pengertian baru tentang keadaan dari lingkungannya. Karena banyaknya penggambaran baru dari lingkungan maka terjadi pemusatan akal yang lebih intensif pada penggambaran tadi akibat adanya ketertarikan yang disebut sebagai pengamatan. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian membentuk suatu penggambaran yang lebih baru dan abstrak yaitu konsep.
Manusia juga memiliki suatu kemampuan untuk menggambarkan suatu lingkungan dengan penambahan atau perbesar-besaran bahkan pengurangan hingga sekecil-kecilnya pada bagian-bagian tertentu. Penggambaran tersebut dapat pula digabung-gabungkan hingga menciptakan suatu penggambaran yang baru sama sekali, ini disebut sebagai fantasi. Unsur-unsur pengetahuan inilah yang pada akhirnya membingkai azas-azas kehidupan dan kebudayaan di dalam masyarakat.

b. Perasaan

Perasaan adalah suatu kesadaran dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif dan negatif. Keadaan positif yaitu apersepsi dari kenikmatan yang dirasakan oleh manusia tersebut, sedangkan keadaan negatif yaitu persepsi dari individu yang melihat sesuatu yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, dan sebagainya sehingga menimbulkan perasaan yang negatif.
Perasaan mengisi penuh alam kesadaran manusia pada tiap saat dalam hidupnya dan selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian yang menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Suatu kehendak dapat menjadi keras bila kehendak tersebut tidak mudah diperoleh atau sebaliknya. Jika kehendak yang telah menjadi keras itu tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan rasa penasaran dan menciptakan sesuatu yang disebut keinginan. Bila suatu keinginan tidak tercapai yang sudah terlanjur diinginkan maka bisa membangkitkan nafsu untuk memperolehnya bahkan melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap mahluk manusia. Dalam naluri diri manusia secara umum terdapat tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
01. Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga ada pada semua mahluk di dunia ini dan yang menyebabkan bahwa semua jenis mahluk mampu mempertahankan hidupnya dimuka bumi ini.
02. Dorongan sex
Dorongan ini timbul pada tiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan dan dorongan ini mempunyai landasan biologi yang mendorong mahluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya.
03. Dorongan untuk usaha mencari makan
Dorongan ini diperoleh tanpa dipelajari karena sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makan, yaitu mencari susu ibunya atau botol susunya, tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang adanya hal-hal itu tadi.
04. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai mahluk kolektif.
05. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
Dorongan ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan di antara mahluk manusia karena adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang memaksanya berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
06. Dorongan untuk berbakti
Dorongan ini mungkin ada dalam naluri manusia karena manusia merupakan mahluk yang hidup kolektif sehingga untuk dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi ia perlu mempunyai suatu landasan biologi untuk mengembangkan rasa altruistik, rasa simpati, rasa cinta, dan sebagainya yang memungkinkannya hidup bersama itu. Kalau dorongan untuk berbagai hal itu diekstensikan dari sesama manusianya kepada kekuatan-kekuatan yang oleh perasaannya dianggap berada di luar akalnya, maka akan timbul religi.
07. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara atau gerak.
Dorongan naluri ini merupakan landasan dari suatu unsur penting dalam kebudayaan manusia, yaitu kesenian. Contohnya, pada seorang bayi dorongan ini sudah sering tampak pada gejala tertariknya seorang bayi kepada bentuk-bentuk tertentu dari benda-benda sekitarnya, kepada warna-warna cerah, kepada suara-suara nyaring dan berirama, dan kepada gerak-gerak yang selaras.

3. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian

Didalam kepribadian terdapat sistem atikal seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur kepribadian manusia, yaitu :
01. Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta dorongan psikologi diri sendiri, dan aneka warna kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri sendiri; sedangkan kebutuhan-kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya, atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
02. Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri atau identitas aku, baik aspek fisik maupun psikologinya dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan dan gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
03. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan atau mempergunakan aneka warna kebutuhan dari hal tersebut diatas sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu yang bersangkutan. Pelaksanaan berbagai macam cara dan jalan tersebut terwujud dalam aktivitas hidup sehari-hari dari seorang individu.

4. Aneka Warna Kepribadian

a. Aneka Warna Kepribadian
Aneka warna stuktur kepribadian pada tiap individu yang satu dengan yang lain adalah berbeda. Ini disebabkan adanya aneka warna materi yang mengisi pengetahuan, perasaan, kehendak serta keinginan dan perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran tiap individu.

b. Kepribadian Umum
Dalam melakukan penelitian kepribadian umum suatu suku bangsa masyarakat dapat menggunakan dua metode, yaitu :
a) Dengan metode pengumpulan data mengenai kepribadian bangsa itu, yaitu dengan mengumpulkan suatu sampel dari individu-individu warga masyarakat yang menjadi objek penelitian. Kemudian tiap-tiap individu dalam sampel itu diteliti kepribadiannya dengan test-test psikologi. Sehingga didapat hasil test ciri-ciri watak sampel tersebut yang secara statistik telah mewakili warga masyarakat itu.
b) Metode penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas dalam yang ada dalam suatu masyarakat. Karena ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah ada tertanam di dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal (anak-anak). Hal ini dipengaruhi oleh pengalamannya ketika sebagai anak-anak, ia diasuh oleh orang-orang dalam lingkungannya yaitu seperti pengajaran etika makan, kebersihan, disiplin, bermain dan bergaul, dan sebagainya.
c. Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur
Konsep kepribadian barat dan timur merupakan dua konsep kontras yang dahulu mulanya digunakan oleh para sarjana kebudayaan, penyair Eropa, dll. namun konsep tersebut sering bersifat kabur, misalnya mengenai sifat keramah-tamahan dalam kebudayaan timur. Pada umumnya memang menyaratkan sifat ramah tamah, tetapi hanya keramahan lahiriah. Terutama dalam adat sopan santun Jawa, orang tetap harus bersikap ramah walaupun dalam batinnya mungkin membenci seseorang itu. Sebaliknya dalam kebudayaan barat yang dikatakan tidak sama sekali mengenal unsur keramahan. Padahal apabila orang Amerika misalnya bersikap ramah, maka ia sungguh-sungguh ramah secara spontan dan tidak hanya ramah lahiriah saja.

Dalam menanggapi kekolektivisme-individualisme Timur-Barat, seorang sarjana Amerika keturunan Cina yaitu Francis L. K. Hsu dalam bukunya yang berjudul Psychological Homeostasis and Jen yang mengkombinasikan dalam dirinya suatu keahlian dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat serta kesusteraan Cina klasik untuk dikaitkan dengan konsep tentang kepribadian Timur-Barat. Hsu menyatakan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai mahluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti lingkaran konsentrikal sekitar diri pribadinya yang disebut sebagai gambar psiko-sosiogram manusia.

GAMBAR

Pada nomor 7 dan 6 adalah daerah dalam jiwa individu yang oleh para ahli psikologi disebut daerah “tak sadar” dan “subsadar”. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan, tetapi di dalam keadaan-keadaan tertentu unsur-unsur itu dapat meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan hidup sehari-harinya.
Lingkaran nomor 5 yaitu “kesadaran yang tak dinyatakan”. Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari penuh oleh individu yang bersangkutan, tetapi disimpan saja olehnya dalam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakannya pada siapapun juga dalam lingkungannya. Ini disebabkan oleh kemungkinan bahwa :
i. Ia takut salah dan dimarahi orang apabila ia menyatakannya atau karena ia mempunyai maksud jahat
ii. Ia sungkan menyatakannya atau karena ia belum nyakin bahwa ia akan mendapat respons dan pengertian yang baik dari sesamanya, atau takut walaupun mendapat respons, sebenarnya respons itu tidak diberikan dengan hati yang ikhlas; atau juga karena ia takut ditolak mentah-mentah
iii. Ia malu karena takut ditertawakan atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam
iv. Ia tidak dapat menemukan kata-kata atau perumusan yang cocok untuk menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi kepada sesamanya
Sedangkan lingkaran nomor 4 disebut sebagai “kesadaran yang dinyatakan”. Lingkaran ini mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh individu kepada sesamanya, yang dengan mudah dapat diterima dan dijawab pula oleh sesamanya yaitu berupa simpati, kemarahan, dsb.
Lingkaran nomor 3 berupa “lingkaran hubungan karib” (intimate society) yang mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang atau benda-benda yang oleh individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan serta masalah-masalah hidup yang menyulitkan. Tanpa adanya tokoh-tokoh atau benda-benda kesayangan, tanpa Tuhan, tanpa ide-ide atau ideologi yang dapat menjadi sasaran dari kebaktian mutlak dalam alam jiwanya maka hidup kerohanian manusia itu tidak akan seimbang selaras. Manusia yang tidak mempunyai semuanya itu akan merupakan manusia yang sangat menderita karena ia kehilangan mutu hidup, kehilangan arti untuk hidup dan kehilangan landasan dari rasa keamanan murni dalam hidupnya.
Lingkaran nomor 2 disebut sebagai “lingkungan hubungan berguna” yang tidak lagi ditandai oleh sikap sayang mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi dari kegunaan dari orang, binatang atau benda-benda itu bagi dirinya. Contohnya, bagi seorang pedagang, para pembelinyalah yang ada di tempat itu.
Lingkaran nomor satu dapat kita sebut “lingkaran hubungan jauh” yang terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakatnya sendiri tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupannya sehari-hari.
Daerah nomor 0 disebut sebagai “lingkaran dunia luar” yang terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak diluar masyarakat atau negaranya, yang ditanggapi dengan sikap masa bodoh. Contohnya, pandangan seorang tukang kebun di Ambon mengenai orang Eskimo, dsb.
Sedangkan pada daerah lingkaran nomor 4 dibatasi oleh garis yang tebal daripada yang lain. Garis tersebut menggambarkan batas dari alam jiwa individu, yang dalam ilmu psikologi disebut kepribadian (personality).
Selain itu, Hsu juga mengembangkan konsep kepribadian yang lain yaitu Jen yang berguna untuk menganalisa alam jiwa dari manusia yang hidup dalam lingkungan masyarakat Timur. Konsep Jen mengartikan bahwa manusia yang selaras dan berkepribadian adalah manusia yang dapat menjaga keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius, kepada siapa ia dapat mencurahkan rasa cinta, kemesraan dan baktinya. Konsep Jen ini dalam gambar psiko-sosiogram manusia digambarkan sebagai garis-garis arsir pada nomor 4, 3 dan sedikit memasuki lingkaran 5 dan 2. Daerah ini dalam ilmu psikologi disebut psychological homeostasis. Dari keterangan psikologi Hsu inilah kita dapat mengetahui perbedaan alam jiwa manusia sebagai mahluk sosial budaya dalam kepribadian Barat dan kepribadian Timur.